Sekitar 4 tahun yang lalu, akhir tahun 2005 di saat aku siap-siap berangkat haji...Abah pernah mengatakan bahwa dalam hidup ini ada 3 N, yaitu Nasab, Nasib dan Nisab. Nasab ialah karena keturunan, Nasib, karena memang ia berada pada tempat dan waktu yang sama beruntungnya atau sama buruknya, sedangkan nisab adalah karena sudah sampai waktunya/hitungannya.
Abah mengatakan, aku pergi haji karena nisab, kami pergi karena alhamdulillah uang tabungan sudah cukup, dan niat yang kuat...kalau berharap nasab, karena kita bukan keturunan orang kaya, yang berlebihan, tetapi alhamdulillah cukup, tidak kekurangan.
jadi kalau menginginkan sesuatu harus berusaha, menabung dan sabar...
Banyak diantara kita yang hidupnya karena nasab, karena moyangnya kaya raya, atau sebaliknya, banyak juga yang karena nasib, beruntung atau sebaliknya...tetapi lebih banyak yang hidup karena nisab.
Tanpa sengaja, kadang saya mengamati kehidupan orang-orang atau teman yang hidupnya karena nasab... orang tuannya kaya raya, usahanya banyak, tentunya anak-anaknya juga hidup enak..tetapi dia lupa mengajari anaknya untuk memegang tongkat estafet agar usahanya terus berjalan, sehingga pada saat dia meninggal, maka ahli warisnya hanya bisa menghabiskan apa yang di tinggalkan orang tuanya, maka pelan-pelan nasab bahwa dia keturunan orang kaya pun pelan-pelan lenyap.
Ada teman yang memang karena nasibnya baik maka beruntung lah dia, keadaan keluarganya yang biasa-biasa saja..., tapi dia di karuniai wajah yang cantik, tubuh yang ramping, maka tak heran bila banyak pemuda yang tampan serta kaya mampu menundukkan hatinya, maka nasib sang putri yang awalnya kurang beruntung berubah menjadi beruntung sekali, karena mendapatkan suami yang begitu mencintainya, dan bisa memenuhi segala kebutuhannya...hal ini yang sering membuat orang iri, namun lagi-lagi, nasib baik tidak jatuh begitu saja dari langit, tetapi ia pun punya batasan, apabila si empunya nasib tidak bisa mensyukurinya, merawatnya dan menjaga apa yang membuatnya bernasib baik, maka tunggulah suatu saat nasib baiknya bisa-bisa lepas dari genggamannya.
yang kelihatannya bisa bertahan lebih lama adalah nisab,karena ia memulainya dengan suatu usaha yang terlihat dengan jelas, "berkeringat", berproses, sabar dan punya tujuan yang jelas, sehingga hidupnya terprogram dan punya target..hingga pabila masanya tiba, ia akan mendapatkan apa yang di inginkannya. karena menurut dia hal itu memakan waktu yang lumayan lama, dengan perjuangan, do'a dan usaha yang tak putus-putus, maka ia akan sungguh-sungguh merawat dan menjaga puncak dari pencapaiannya itu.
Maka inti dari memelihara pencapaian hidup adalah kehati-hatian, kesadaran yang penuh dan rasa syukur yang tiada henti-hentinya. hati-hati dengan apa yang kau dapatkan, karena itu semua hanya bersifat sementara dan semua itu tidak datang seketika dari langit, kalaulah kita tidak merasakan lelahnya menunggu proses itu, berarti itu bonus dari Allah, tetapi bukan berarti kita tidak mempertahankannya dengan sungguh-sungguh, karena apa bila kita lengah, maka nikmat itu hanya sebentar singgah pada diri kita, maka dari itu dengan kesadaran yang penuh kita harus bisa memanfaatkan karunia yang kita dapatkan, dan yang utama dari semua itu adalah kepandaian kita dalam mensyukuri apa yang Allah berikan kepada kita, karena pabila kita pandai bersyukur maka Allah akan tambahkan nikmatNya kepadamu, jangan sekali-sekali kau mengingkarinya dengan ke kufuranmu, karena Allah akan kirimkan azab yang pedih untukmu, nauzubillahiminzalik, semoga kita menjadi orang-orang yang pandai bersyukur.
Sekarang lihatlah dirimu, telusuri dengan perlahan, apakah eksistensi dirimu termasuk dalam nasab, nasib ataukah nisab, apapun keberadaan diri kita, tidaklah penting, karena Allah telah meletakkan dan menggariskan hidup kita jauh sebelum kita di hadirkan di dunia ini, tapi yang terpenting dari semua itu adalah bagaimana kita mensikapi apa yang telah Allah karuniakan kepada kita.
Jumat, 02 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ibnusaud likes this post
BalasHapus